Tak hanya Bisa untuk Keripik Buah, Bakso Bisa Menjadi Krispi

Tak hanya Bisa untuk Keripik Buah, Bakso Bisa Menjadi Krispi

Malang Pos Sabtu, 15 September 2012 20:51
 20150108_133822.jpg

Mesin Penggoreng Vakum Tipe Horizontal Sistem Jet Air untuk UMKM
Malang sebagai kota penghasil buah, tampaknya akan diikuti dengan julukan Kota Keripik Buah. Potensi tersebut yang berhasil ditangkap oleh Ir. Anang Lastriyono, MSi, penemu vacuum fryer tipe horisontal dengan pompa vakum sistem jet. Penelitian selama belasan tahun berhasil ia dedikasikan untuk kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
Salah satu rumah di kawasan Jalan Rajekswesi, terlihat berbeda dengan kebanyakan rumah lainnya. Ketika kami mulai menapakkan kaki memasuki halaman depan, tampak beberapa orang pekerja, tengah sibuk dengan kerangka yang terbuat dari alumunium.
Dentuman peralatan kerja mereka, seolah menjadi pengiring langkah kami bertemu tuan rumah. Tak lama berselang, pemilik rumah yang disulap bak bengkel itu, menyambut kedatangan kami dengan hangat.
‘’Vacuum fryer bukan alat yang baru. Saya berinovasi dengan alat ini supaya bisa digunakan dan berguna bagi masyarakat menengah ke bawah. Hal tersebut yang membuat saya menggunakan pompa vakum dengan sistem jet,’’ terangnya kepada Malang Post.
Pada umumnya, vacuum fryer menggunakan pompa vakum sistem mekanis dan tipe tabungnya vertikal. Kekurangan tipe vertikal adalah penguapan yang relatif kecil dan pompa vakum mekanis memerlukan akurasi dan presisi tinggi. Harganya yang terlampau mahal juga membuat alat tersebut sulit dikembangkan di Indonesia.
Lalu dengan telaten, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya ini berinovasi dengan sistem jet air, untuk menggantikan sistem mekanis.
Inovasi tersebut memberikan perubahan energi tekanan air, menjadi energi gerak dengan bantuan jet air. Metode ini dipilih karena mudah dan murah dalam pengoerasian dan perawatannya.
Pria yang sejak tahun 1990 mengabdikan diri sebagai dosen ini membuat vacuum fryer dengan kapasitas yang bervariasi. Mulai dari yang paling kecil yakni 1,5 Kg hingga 25 Kg.
‘’Kapasitas kecil memudahkan para petani mengolah hasil buah. UMKM kan tidak membutuhkan vacuum fryer industri besar yang harganya mahal dan kapasitasnya besar. Mereka butuh vacuum fryer dengan kapasitas yang lebih kecil dan harga terjangkau. Sehingga biaya untuk membeli alat tidak membebani produksi skala kecil yang mereka geluti,’’ ujar pria kelahiran Sleman, 4 Oktober 1962.
Ia telah menguji alatnya ini dengan berbagai macam buah dan sayur. Apel, jeruk, nangka, nanas, pisang, tape, cabe, kedelai jepang, hingga bakso mampu disulap menjadi produk olahan yang tahan hingga dua tahun.
‘’Bahan yang akan diolah, diiris terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam tangki. Membutuhkan waktu kurang lebih 15 hingga 90 menit. Suhu dan tekanan yang digunakan dalam mesin ini rendah, sehingga tidak merusak bentuk dan kandungan buah. Langkah terakhir adalah mengetaskan minyak dengan spinner yang ada di dalamnya,’’ jelasnya.
Selain itu, untuk mempertahankan produk agar tetap terjaga kualitasnya, packaging juga perlu diperhatikan. ‘’Bahan yang bagus untuk kemasan sehingga produk bias tahan lama adalah alumunium foil yang dilapisi plastik,’’ tambahnya.
Anang menuturkan, dirinya ingin mewujudkan harapan tentang masyarakat Indonesia yang mandiri. ‘’Selama ini kita hanya menjadi ‘penonton’. Banyak barang yang didatangkan dari luar negeri dan kita hanya bertindak sebagai konsumen. Kenapa kita tidak menjadikan Indonesia sebagai ‘pemain’ di pasar sendiri? Potensi yang kita miliki sangat besar. Mulai dari SDA hingga SDM,’’ tegas Anang.
Kesuksesannya saat ini tak lepas dari peran beberapa dosen yang sering memberikan penugasan kepada Anang. ‘’Tahun 1986 saya mendapatkan tugas untuk memantau pemanfaatan tenaga angin untuk tambak udang di Sidoarjo. Sempat juga membuat alat perontok padi. Jadi sebenarnya kalau tidak pernah disuruh dosen untuk melakukan penelitian, nggak akan ada vacuum fryer ini,’’ tuturnya penuh haru.
Dia merasa memiliki tanggung jawab yang besar sebagai dosen yang harus mengabdikan diri untuk masyarakat. Di usianya yang tak lagi muda, ia tetap ingin berinovasi. Harga baku yang kian hari kian mahal, bukan dianggap sebagai halangan. Justru ia melihat tantangan dan peluang di sana.
‘’Tiap kesulitan itu menjadikan penyemangat saya. Belum lagi dengan mengajar di kampus, saya mendapatkan banyak pertanyaan yang membuat saya semakin termotivasi untuk melakukan inovasi baru. Ya intinya, saya ingin agar Indonesia lebih produktif dan mampu menjadi tuan rumah di pasar dalam negeri. Kalau bisa jangan sampai negara lain memegang kendali atas perekonomian bangsa ini,’’ tandasnya.
Tak hanya memproduksi alat sendiri, ia tidak sungkan mengajarkan keterampilannya ini kepada orang lain. Kini ia telah memiliki enam pekerja yang dengan setia membuat karya yang telah ia arahkan. ‘’Mereka berasal dari lingkungan sekitar rumah. Saya juga sering menerima tamu dari luar kota bahkan luar pulau yang ingin belajar membuat Vacuum Fryer. Tidak ada rasa takut akan tersaingi. Mengajarkan berarti membagikan ilmu, dan ilmu yang dibagikan itu akan semakin banyak dan menguntungkan kita,’’ pungkasnya.
Disinggung tentang usaha keripik buah yang sangat menggiurkan, lulusan program magister Institut Pertanian Bogor ini mengungkapkan ketidaktertarikannya.
‘’Kalau saya membuka bisnis keripik buah, konsentrasi saya akan terpecah. Belum tentu saya bisa memiliki waktu untuk melakukan inovasi lagi. Selama ini saya sangat menikmati profesi sebagai peneliti. Kalau untuk bisnis di hari tua, ya biar waktu saja yang akan menjawab. Apakah nantinya memang membuka usaha keripik buah atau tidak,’’ tutupnya lantas tersenyum ramah. (Kurniatul Hidayah)

Malang Pos Sabtu, 15 September 2012 20:51

http://www.malang-post.com/menufeature/53496-tak-hanya-bisa-untuk-keripik-buah-bakso-bisa-menjadi-krispi-